Stres pada Hewan Kurban, akibatkan Daging menjadi Keras dan Tidak baik untuk Dikonsumsi

Ada beberapa penyebab, daging kurban terasa nikmat dan enak untuk dikonsumsi. Salah satunya adalah menghindari stres ternak karena bisa membuat daging menjadi keras dan tidak berasa (flavorless). Bahkan, efek samping stres bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah stres itu berakhir.

Stres bisa menyebabkan serabut otot tegang serta memicu perubahan kimia pada daging sapi. Stres akan meningkatkan adrenalin di dalam tubuh. Ini merupakan respons alami terhadap stres, tak jauh berbeda dengan manusia. Adrenalin akan membuat otot tegang dan hasilnya daging menjadi kurang lembut.Pelepasan adrenalin tidak hanya membuat otot tegang, tetapi juga memicu perubahan pH (keasaman) daging. Menurut Ronald Klont, manajer Northern European Pork Chain, mengatakan bahwa pH rendah membuat kapasitas menahan air pada daging menjadi lebih sedikit dan mengakibatkan produk kurang laku.

Di sisi lain, pH tinggi berdampak pada karakteristik tertentu, seperti juiciness, kelembutan, dan rasa. Semakin juicy, maka daging akan lebih segar, lezat, dan lembut. Rata-rata pH daging berkisar antara 5,2-7,0. Sementara, daging dengan kualitas terbaik memiliki pH antara 5,7-6,0.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), energi yang diperlukan untuk aktivitas otot pada hewan hidup diperoleh dari glikogen dalam otot. Hewan yang sehat dan cukup istirahat memiliki kandungan glikogen pada otot yang tinggi.Namun, jika hewan stres sebelum dan selama penyembelihan, akan membuat glikogen habis dan tingkat asam laktat berkurang. Akibatnya, kualitas daging akan memburuk. Padahal, asam laktat dibutuhkan untuk menghasilkan daging yang enak, lembut, dan warnanya baik.

Asam laktat dalam otot juga mempunyai peran penting dalam memperlambat pertumbuhan bakteri yang telah mengontaminasi “bangkai” selama masa penyembelihan dan penyortiran. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan pembusukan daging selama penyimpanan. Jika di lingkungan yang lebih panas, daging akan mudah menjadi bau, berubah warna, tengik dan berlendir. Lebih dari itu, jika bakteri yang mengontaminasi adalah jenis bakteri yang menyebabkan keracunan makanan, tentunya konsumen daging tersebut akan mudah jatuh sakit. Karena itulah daging dari hewan yang stres atau cedera selama penanganan, transportasi dan penyembelihan, bisa memiliki umur simpan yang lebih pendek karena pembusukan.

Stres jangka pendek pada hewan ternak bisa menyebabkan perubahan bahan kimia di dalam daging, membuatnya jadi lebih keras dan kehilangan rasa. Akan semakin parah jika stres ini berkepanjangan, sebab keasaman tinggi terus-menerus bisa “menghancurkan” daging, ungkap laman Grass Fed Solutions.

Akibatnya, daging menjadi gelap, lunak, lembek, dan lengket. Selain itu, daging berkualitas rendah ini memiliki masa penyimpanan yang terbatas. Karena penampilannya jelek dan warnanya tidak menggugah selera, daging jenis ini tidak akan disukai konsumen dan membuat peternak merugi.

stres bisa memicu pelepasan adrenalin dan ketegangan otot. Penyebab stres pada hewan ternak bermacam-macam, misalnya ketakutan (sebagai respons terhadap ancaman), kebisingan, berada di lingkungan yang asing, hingga terjadi penyakit atau cedera, tutur laman Grass Fed Solutions.

Selain itu, ternak bisa stres saat berada di situasi yang kurang nyaman, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin. Ternak juga bisa mengalami stres sosial, seperti terisolasi dari kawanan, berada di kawanan asing, hingga dipisahkan dari keluarga atau anak. Itulah mengapa, kita harus peka dengan kondisi ternak.

Bagaimana cara menjaga kondisi psikologis hewan ternak agar tidak stres? Hindari ketidaknyamanan fisik, seperti digembalakan di padang rumput yang kering, panas, dan berdebu, jelas laman Grass Fed Solutions. Jika ternak stres, mereka akan makan lebih sedikit dan berpengaruh pada bobot dan kualitas dagingnya.

Selain itu, coba periksa, apakah ada penyakit dan cedera yang dialami oleh hewan ternak. Jika hewan terkena penyakit menular, segera pisahkan dari kawanan dan upayakan penyembuhan secepat mungkin. Dan pastikan stok makanan dan air melimpah, sehingga ternak tidak perlu berebut atau berkompetisi dengan sesamanya.

Tak hanya itu, batasi durasi transportasi maksimum 8-11 jam, saran laman Science Norway. Hewan ternak akan stres kalau mereka berada terlalu lama di atas kendaraan bergerak. Minimalkan suara bising karena bisa menyebabkan rasa sakit yang tajam serta membuat ternak takut dan terkejut.