Memprihatinkan, Kawasan Pantai Losari dikepung sampah Pelastik

Kawasan Pantai Losari Dikepung sampah Pelastik.

BERANDANEWS – Makassar, Kawasan Pantai Losari, termasuk pulau-pulau kecil di Makassar kondisinya kian memprihatinkan meski sempat ditutup karena pandemi virus Corona (COVID-19). Laut di Pantai Losari dipenuhi sampah mulai dari kasur hingga plastik ditemukan mengapung.

Sembilan dari 10 jenis sampah terbanyak yang ditemukan berasal dari bahan plastik, seperti sedotan dan pengaduk, alat makan plastik, botol minum plastik, gelas plastik, dan kantong.

Sampah-sampah plastik tadi mengancam setidaknya 800 spesies. Hal itu terungkap dari hasil penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (United Nations Convention On Biological Diversity) pada 2016. Sebanyak 40 persennya adalah mamalia laut dan 44 persen lainnya spesies burung laut.

Direktur Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Sulsel, Muhammad Al Amin menyoroti pengelolaan sampah yang ada di pulau pulau kecil kota Makassar. Ia menganggap bahwa para Lurah hingga Camat yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah yang ada diwilayahnya.

“Para Lurah dan Camat yang menjabat di pulau pulau kecil yang ada di kota Makassar tidak ada upaya dan inovasi dalam pengelolaan sampah plastik yang mencemari lingkungan, selama hampir setahun kami mendampingi warga Pulau Kodingareng nyaris pemerintah tidak pernah berinteraksi langsung dan kuat kepada masyarakat”, kata Al Amin saat ditemui Tim Berandasulsel.com

Dia menambahkan bahwa dari tahun ke tahun pemerintah Kota Makassar gagal dalam pengelolaan sampah yang ada di pulau pulau kecil kota Makassar, bahkan Walikota yang sekarang menjabat ini belum mampu mengatasi permasalahan tersebut.

“Diketahui hasil riset menunjukkan ditemukannya 28 per size mikroplastik pada saluran pencernaan individu ikan konsumsi di Kota Makassar, yang sampelnya dikumpulkan di tempat pelelangan ikan. Sebanyak 4 dari 10 ikan teri untuk keperluan konsumsi itu terdapat mikroplastik di dalamnya. Selain itu ditemukan mikroplastik di Padang Lamun yang ada di Pulau Kodingareng”, sambung AL Amin.

Sementara di beberapa pulau wisata di kota Makassar kini masih di hantui dengan sampah plastik seperti pulau Samalona, pulau Lae-Lae, pulau Kodingareng Keke, pulau Barang Caddi, pulau Barang Lompo, dan pulau Langkai.

Sementara itu aktivis lingkungan Ahmad Yusran Membeberkan sejumlah masalah sampah pelastik yang dibuang ke laut. Hal tersebut tentunya membunuh terumbu karang dan bioata laut yang hidup di perairan Selat Makassar.

Limbah plastik yang berada di pesisir pantai Losari, tanjung, dan sejumlah pulau di selat Makassar membuktikan sebuah potret buruk, yang didominasi dengan sampah plastik.

-Sampah Plastik di lokasi merupakan Kejahatan Lingkungan

Ahmad yusran juga menambahkan, limbah plastik datangnya dari bahan bakar pabrik, seperti minyak, gas, dan sebagainya yang dibuang oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Saat ini pengelolaan sampah di Makassar pun belum menyentuh segala aspek, dan pendidikan lingkungan hidup masih sebatas one man one show.

Sebab limbah plastik, bukan lagi rahasia umum yang dihadapi setiap manusia di dunia.

“Sampah plastik tak hanya berdampak di perkotaan, tetapi juga di lautan. Pastinya dari cemaran ini merusak pemandangan, kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup hewan, bahkan dapat menghancurkan ekosistem lingkungan, ucap Ahmad Yusran”.

Jika seribu orang membuang alat makan sekali pakai, meski hanya satu kali dalam sehari. Tak pelak limbah plastik Kota Daeng yang diangkut ke TPA Tamangapa Antang tetap saja menggunung dan menyiksa Bumi.

“Bahaya ini kami harus terus suarakan agar lebih banyak orang menyadarinya untuk berpartisipasi demi Bumi yang lebih sehat, tetapi juga untuk kehidupan generasi berikut yang lebih baik, Tutup Ahmad Yusran”.(*)