Fakta Seputar Bulan Syaban

86
Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsa di Palestina

Syaban merupakan bulan ke-8 dalam penanggalan Hijriyah. Bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan ini, memiliki fakta menarik di dalamnya.

Selain menjadi salah satu bulan haram atau yang dimuliakan, apa saja fakta menarik terkait bulan ini? Berikut tiga fakta menarik terkait bulan Syaban yang perlu diketahui umat Muslim dilansir dari laman MUI

Syaban sebagai pembuka Ramadhan
Umumnya, ibadah-ibadah yang mulia didahului ibadah pembuka yang mengawalinya. Seperti shalat yang diawali dengan bersuci, haji yang diawali dengan persiapa ihram, dan ibadah lainnya.

Begitu pula dalam menghadapi Ramadhan, para ulama terdahulu yang membiasakan amalan-amalan saleh dengan memperbanyaknya pada Syaban. Hal ini dilakukan sebagai waktu berlatih meningkatkan amalan selama Ramadhan.
Berkenaan dengan ini, dalam Syarh Shahih Muslim, Imam an-Nawawi mencantumkan pendapat:

“Puasa Syaban seumpama sunnah rawatib bagi puasa Ramadhan. Untuk shalat, ada rawatib qabliyah dan ba’diyah. Untuk Ramadhan, qabliyah-nya adalah puasa Syaban dan ba’diyah-nya adalah puasa enam hari Syawal.” (Lihat Latha’iful Ma’arif libni Rajab al-Hanbali, h 244)

Dianjurkan perbanyak amal ibadah
Sebagaimana yang tercantum dalam poin pertama, para ulama menghidupkan Syaban dengan memperbanyak amalan saleh, seperti seperti puasa, memperbanyak membaca Alquran dan bersedekah.

Bahkan salah satu amalan Rasulullah SAW dalam Syaban yaitu berpuasa. Hal tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu hadits riwayat Imam Bukhari:

لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهرا أكثر من شعبان

“Nabi SAW belum pernah berpuasa dalam satu pulan melebihi puasa pada bulan Syaban,” (HR Bukhari No 1869).

Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’arif berpendapat bahwasanya Syaban merupakan pendahuluan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Maka, segala hal yang dianjurkan dilaksanakan, diperbanyak di bulan Ramadhan, itu juga dianjurkan pada Syaban agar diri lebih siap melaksanakannya ketika Ramadhan tiba. (Lathaiful Ma’arif, h 135)

Berpindahnya kiblat umat Muslim dari Baitul Maqdis ke Kabah.

Semula, umat Muslim ketika shalat mengarah pada kiblat yang terletak di Baitul Maqdis (Palestina). Akan tetapi, turun perintah Allah SWT memindahkan atau mengalihkan arah kiblat tersebut menuju ke Kabah (Makkah). Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 144:

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَووَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّببِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

“Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Al-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir al-Qurthubi mengutip pendapat dari Abu Hatim Al-Basti yang berkata bahwa Allah SWT menurunkan ayat peralihan kiblat kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Selasa. Tepatnya pada pertengahan Syaban yang dikenal dengan istilah malam Nisfu Syaban. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi, juz 1, hal 671).

Hingga saat ini, kiblat yang dituju umat Muslim di seluruh penjuru dunia kala shalat menghadap Kabah. Peristiwa penting ini, menjadi bagian bersejarah yang terjadi di bulan Syaban.

Demikian fakta menarik terkait bulan Syaban. Meski diapit dua bulan haram (mulia), yakni Rajab dan Ramadhan, bukan berarti tidak ada keutamaan di dalamnya. Justru setelah dibeberkan di atas, terdapat beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Syaban dan sudah sepatutnya diketahui umat Muslim. Wallahu’alam. (*).