BERANDANEWS – Makassar, Tumbuh kembang anak menjadi fokus intervensi bagi tim pendamping gizi Aksi Stop Stunting Pemprov Sulsel. Hal ini khususnya bagi Bayi dibawah usia lima tahun (Balita).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Sulsel Andi Nurseha menyampaikan, aksi stop stunting merupakan program yang diinisiasi langsung oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman. Program ini sebagai upaya membangun investasi bagi sumber daya manusia (SDM) yang handal.
“Sesuai dengan arahan bapak Gubernur, bagaimana investasi SDM lebih utama. Hal itu pula sejalan dengan program prioritas Presiden Jokowi dalam peningkatan sumber daya manusia yang handal menuju generasi emas,” ujar Nurseha, Jum’at (1/7).
Menurut Nurseha, tim ini yang menjadi ujung tombak di lapangan dengan melakukan edukasi langsung pada masyarakat.
“Disinilah peran tim pendamping gizi Aksi Stop Stunting melakukan edukasi ke masyarakat, khususnya bagi yang memiliki balita. Bahkan tim melakukan door to door untuk melakukan pemeriksaan kepada balita, sekaligus mengedukasi orang tua balita untuk mengecek tumbuh kembang anak di Posyandu,” jelasnya.
Tim Pendamping Gizi, kata Nurseha juga memiliki tugas untuk memberikan edukasi kepada keluarga pada 1000 Hari Pertama kehidupan dan memberikan paket intervensi gizi pada anak dan ibu hamil untuk desa lokus stunting di 24 Kabupaten/Kota.
“Para pendamping juga akan melakukan sosialisasi perubahan perilaku pada remaja putri, ibu hamil dan ibu yang memiliki balita,” bebernya.
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga gizi pendamping bersinergi dengan aparat desa, kader Pembangunan desa dan sektor terkait lainnya.
“Selain itu, sanitasi lingkungan sebagai salah satu yang cukup berpengaruh terhadap masalah kesehatan di suatu wilayah termasuk stunting. Disini juga peran tim pendamping gizi memberikan edukasi pola hidup sehat kepada masyarakat,” imbuhnya.
Untuk upaya intervensi penurunan stunting di tahun 2022 ini, Aksi Stop Stunting oleh Pemprov Sulsel dilakukan pada 10 daerah lokus di setiap daerah pada 24 kabupaten/kota dengan 240 Tenaga Pendamping Gizi Desa.
Mengacu pada Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mencatat prevalensi balita stunting di Sulawesi Selatan memiliki Prevalensi Stunting (27.4%). Angka ini mengalami penurunan dari sebelumnya 30,6% (SSGBI, 2019). Sedangkan jika berdasarkan dari data ePPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), hingga Agustus 2021, angka stunting di Sulsel mencapai 9,08 persen. (*)