Warga Desa Wara minta Pemerintah Perhatikan Infrastruktur Jalan Pasca Banjir dan Longsor

Kondisi Jalan di Kecamatan Kamanre Luwu

BERANDANEWS – Luwu, Bencana Alam Banjir dan Tanah Longsor yang menimpa sejumlah Kecamatan di Kabupaten Luwu pada Jum’at (03/05) lalu yang menelan korban jiwa, juga menyisakan Trauma mendalam bagi Warga Korban.

Bencana alam merupakan kejadian yang menimbulkan dampak bagi korban. Bukan hanya dampak fisik, tetapi juga trauma yang menjadi dampak terburuk korban bencana.

Pasca bencana terjadi, ada korban yang seolah-olah tenang dan menerima, ada juga yang masih mengalami syok. Bagaimanapun kondisinya, semua korban bencana alam akan merasakan kesedihan bahkan trauma. Mereka pasti masih terbayang bagaimana kondisi ketika terjadi bencana. Masih belum bisa tidur nyenyak dengan berfkir kalau-kalau bencana kembali terjadi.

Rasa trauma pasca bencana kadang bisa dihibur dengan kondisi ekonomi. Tidak akan pindah ke tempat lain karena berfikir secara finansial. Tetapi mereka pun terkadang merasa masih trauma dan tidak bisa bersosialisasi untuk membicarakan bencana yang dialami.

Kadang karena kebutuhan orang lain yang memburu berita baik resmi maupun masyarakat sekitar, membuat korban bencana yang ditanyai menutup diri. Mereka hanya tidak mau diingatkan masa-masa menegangkan saat bencana itu kembali.

Polemik sering terjadi, antara memilih tinggal di tempat yang sama karena faktor ekonomi dengan konsekuensi secara psikologis dan sosial yang demikian pelik, atau pindah ke lokasi lain dengan konsekuensi masih menjadi masyarakat mantan korban bencana yang siap diingatkan kembali dengan kejadian memilukan yang terjadi.

Polemik kehidupan yang hanya diakhiri dengan ikhlas bahwa Yang Maha Kuasa telah memberikan jalan hidup terbaik untuk umatnya. Serta berfikir bahwa bencana adalah ujian untuk setiap manusia yang harus dijalani dengan penuh keikhlasan.

Demikian halnya warga Desa Wara, Kecamatan Kamanre, Kabupaten Luwu. Banjir menyapu bersih Ratusan Hektar lahan pertanian milik warga yang terendam dan mengalami gagal panen akibat tertimbun lumpur.

Dheden Marahuni, yang merupakan pemuda Desa Wara menyayangkan lambatnya penanganan dari pemerintah setempat, dimana masyarakat yang terdampak mestinya mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah seketika pasca, namun nyatanya, menurut Dheden “tidak”!!. Dimana Pemerintah Desa Wara dan Kecamatan Kamanre lambat melaporkan kondisinya ke Posko Induk Sulsel Penanganan Bencana Alam yang ada di Belopa. “Wajarlah kalau masyarakat di Desa Wara lambat mendapat perhatian dari pemerintah penanganan bencana. Karena pemerintah desa dan kecamatan lambat membuatkan laporan ke Posko Induk Penanganan Bencana” Imbuh Dheden.

Menurut Dheden, ratusan hektar lahan persawahan mengalami gagal panen akibat terendam dan tertimbun lumpur, “Ratusan hektar Padi kami yang siap panen habis tertimbun lumpur. Secara keseluruhan ratusan Ton yang mestinya dipanen, namun sayangnya malam kejadian lahan sawah berubah menjadi lautan”.

Dalam artikel yang diunggah Dheden Marahuni melalui akun FB miliknya. Dheden berharap kepada Pj Bupati Luwu beserta jajaran Pemerintah Kabupaten Luwu untuk segera memperhatikan sejumlah infrastruktur dan fasilitas umum lainnya yang rusak di Kecamatan Kamanre, khususnya di Desa Wara.

Menurutnya, belum ada penanganan terhadap infrastruktur jalan yang terputus dan sulit dilalui roda empat. Selain itu, Tulis Dheden, Ia juga berharap agar pertanian warga yang terdampak dan sudah dipastikan gagal panen seperti padi dan tambak ikan, agar pemerintah mengimbangi kerugian yang dialami masyarakat.

Dampak buruk pasca banjir yang melanda Wara, selain menyulitkan aktifitas warga juga membengkaknya biaya transportasi yang harus dikeluarkan warga khususnya pada jasa ojek pengangkutan hasil tani rumput laut.

“Sebelumnya masyarakat mengangkut sendiri hasil pertaniannya. Sekarang pasca bencana ini, terpaksa menggunakan jasa ojek dengan biaya Rp30 ribu,- per karungnya”. Dheden, berharap agar tulisan yang diunggahnya menggugah hati para penentu kebijakan di Kabupaten Luwu. (*)