Makna Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Implementasinya

Tradisi Maudu Lompoa di Takalar ( Sumber Wikipedia)

GAYA HIDUP – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu hari penting bagi umat Islam. Dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, tiap daerah Indonesia biasanya melangsungkan tradisi perayaannya masing-masing, seperti tradisi Maudu Lompoa di Cikoang Takalar, Maulid Kaddo Minyak di Komunitas Adat Batu Bassi, Maros, Damulu Banua di Kaluppini Enrekang dan masih banyak lagi.

Seluruh kegiatan tersebut tentu sebagai wujud rasa syukur serta kegembiraan umat Islam atas kelahiran Nabi Muhammad saw ke dunia ini. Akan tetapi, hal yang perlu pahami adalah bahwa peringatan Maulid Nabi bukan sebatas sebagai rutinitas atau seremonial belaka, melainkan terdapat nilai yang sangat penting di dalamnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peringatan terhadap kelahiran Nabi Muhammad saw ternyata bukanlah tradisi yang ada ketika Rasulullah saw masih hidup, sebagian sumber menjelaskan bahwa orang yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi adalah Malik Mudhaffar Abu Sa’id Kukburi.
Sementara itu, sebagian pendapat lainnya menyebutkan bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi yang pertama kali melakukan peringatan Maulid Nabi. Adapun versi lain menyebutkan bahwa kemunculan Maulid Nabi terjadi pada masa Dinasti Daulah Fathimiyah di Mesir pada akhir abad 4 Hijriyah atau 12 Masehi.

Maulid Nabi berasal dari dua kata bahasa Arab yakni Maulid dan Nabi, kata Maulid memiliki makna yang sama dengan kata milad yang berarti “lahir” atau “kelahiran”, dan Nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammmad saw, dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa Maulid Nabi sebagai kegiatan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw yang dilakukan dengan mengenang kembali sejarah dan perjuangan Rasulullah saw.

Ketika mengadakan acara Maulid Nabi, tentu sangat banyak makna yang dapat diambil untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terkait 4 sifat terpuji yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

Shiddiq memiliki arti jujur. Sikap ini adalah sebuah sikap esensial yang harus dimiliki oleh setiap orang, mengapa demikian? Karena kejujuran merupakan sebuah modal utama untuk dapat percaya satu sama lain. Yang kedua adalah amanah yang berarti dapat dipercaya. Selain memiliki sifat jujur, seseorang harus berusaha agar dirinya dapat dipercaya dalam mengemban suatu tugas.

Sifat amanah yang dimaksud adalah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, tabligh yang berarti menyampaikan. Seseorang harus dapat menyampaikan amanah yang diberikan kepada orang yang berhak menerima amanah tersebut. Terakhir, fathonah yang berarti cerdas. Cerdas bukan berarti terkait pembelajaran akademik saja, tetapi juga tentang cara seseorang untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada di dalam hidupnya, atau terkait mencari solusi yang tepat terhadap sebuah masalah yang sedang dihadapinya.

Selain meneladani sifat Nabi Muhammad saw di atas, masih terdapat banyak hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk merealisasikan makna Maulid Nabi dalam kehidupan. Bershalawat juga merupakan hal penting sebagai wujud cinta kepada Nabi Muhammad saw. Dengan bershalawat, seseorang akan mendapatkan berbagai kemuliaan seperti dijanjikan pahala berlipat oleh Allah Swt, diangkat derajatnya, bahkan Allah menjanjikan akan mengumpulkan orang yang gemar bershalawat bersama Nabi Muhammad saw di surga. Kemuliaan-kemulian tersebut dapat diraih dengan sangat mudah, yang terpenting adalah niat agar dapat selalu bershalawat di setiap waktu yang ada.

Kemudian, makna Maulid Nabi yang tak kalah penting adalah melestarikan ajaran serta misi perjuangan Nabi Muhammad saw, juga para Nabi sebelumnya. Rasulullah saw telah mengerahkan seluruh jiwa raga dan hartanya demi menyampaikan ajaran Allah Swt kepada umatnya. Bahkan Rasulullah saw juga mewariskan Al-Quran dan sunnah Nabi sebagai pedoman hidup agar terhindar dari kesesatan.

Oleh karena itu, hal yang saat ini harus dilakukan oleh umat Islam adalah memperdalam ajaran Islam sebagai bekal menjawab persoalan-persoalan rumit yang bermunculan dalam kehidupan agar terhindar dari tipu daya kenikmatan sesaat yang menjerumuskan diri pada siksa api neraka.(*)