BERANDANEWS – Makassar, Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1, Danny-Azhar tampil mendominasi debat publik Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang dilaksanakan di Four Point Sheraton, Senin (28/10) kemarin.
“Paslon Danny-Azhar mengungkap isu kemiskinan dan pengangguran, yang merupakan indikator penting dari modal ekonomi”, ujar Dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar, Dr. Ibnu Hajar Yusuf, M.I.Kom, Selasa (29/10).
Menurutnya persoalan kemiskinan dan pengangguran, dengan menggarisbawahi program-program pembangunan yang konkret, pasangan ini menunjukkan pemahaman tentang kondisi ekonomi masyarakat.
“Penekanan pada penanganan kemiskinan ekstrem menunjukkan upaya mereka untuk menciptakan kesempatan ekonomi yang lebih baik bagi warga, yang pada gilirannya dapat meningkatkan modal ekonomi masyarakat secara keseluruhan”, terangnya.
Selain itu Danny-Azhar juga menunjukkan perhatian terhadap budaya dan kearifan lokal, yang merupakan bagian dari modal budaya. Dengan menyebut nama-nama tokoh lokal dan pemangku adat, mereka menunjukkan pengakuan terhadap warisan budaya Sulawesi Selatan. Sikap sopan santun dan penghormatan ini tidak hanya memperkuat koneksi sosial, tetapi juga mengakui pentingnya budaya dalam menciptakan identitas kolektif. Ini merupakan bentuk penguatan modal budaya yang berfungsi sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintahan.
“Ada perhatian DIA terhadap budaya dan kearifan lokal, yang merupakan bagian dari modal budaya, menyebut nama-nama tokoh lokal dan pemangku adat, mereka menunjukkan pengakuan terhadap warisan budaya Sulsel. Tentu penghormatan ini tidak hanya memperkuat koneksi sosial, tetapi juga mengakui pentingnya budaya dalam menciptakan identitas kolektif. Ini merupakan bentuk penguatan modal budaya yang berfungsi sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintahan”, jelas Ibnu Hajar.
Soal Penyampaian visi misi, Ibnu Hajar menyebut, visi dan misi yang lugas dan sistematis menciptakan legitimasi simbolik bagi Danny-Azhar.
“Mereka berhasil membangun citra positif sebagai pemimpin yang memahami dan peduli terhadap isu-isu masyarakat. Penggunaan bahasa yang menghormati tradisi dan budaya lokal menciptakan resonansi dengan pemilih, yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka. Dengan menghargai para tokoh budaya dan perawat kebudayaan, Danny-Azhar memperkuat posisi mereka dalam ranah simbolik, menempatkan diri sebagai pelanjut tradisi yang diakui oleh masyarakat Sulawesi Selatan”, jelasnya .
Ditambahkan, Danny-Azhar dalam menyampaikan argumen, menunjukkan legitimasi kepemimpinan yang kuat dan mengakar.
“Dengan pendekatan ini, kita melihat bahwa strategi Danny-Azhar dalam debat tidak hanya mengandalkan argumen ekonomis, tetapi juga secara cerdas menggabungkan modal budaya dan simbolik untuk membangun narasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bagaimana politik dapat berfungsi sebagai ruang interaksi antara ekonomi, budaya, dan simbolisme dalam membentuk identitas kolektif masyarakat dan legitimasi kepemimpinan yang kuat dan mengakar”, tambahnya.(*)