BERANDANEWS – Jakarta, Organisasi Perserikatan Muhammadiyah berencana akan meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) pada awal Muharram 1446 H sebagai waktu peluncuran dan periode penggunaan formal KHGT.
Hal ini menandai rekonstruksi Wujudul Hilal yang telah digunakan sebelumnya, beralih ke sistem KHGT.
Peluncuran KHGT ini, meski mendapat kritikan dan penolakan dari berbagai pihak, diakui Muhammadiyah sebagai konsekuensi dari ide besar yang telah dirancang dengan matang.
Sebelumnya Pakar ilmu falak Muhammadiyah, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, pada Jumat (14/06) menjelaskan bahwa keputusan peluncuran KHGT telah melalui proses pengkajian yang panjang.
“Secara historis, KHGT atau sebelumnya dikenal dengan berbagai nama seperti Kalender Islam Global (KIG), telah dikaji lebih dari satu dasawarsa dalam berbagai forum Muhammadiyah. Mulai dari Halaqah Ahli Hisab dan Fikih, seminar, diskusi publik, hingga diskusi internal,” ujar Arwin.
KHGT sendiri telah mendapatkan dukungan formal dari Muhammadiyah melalui Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada tahun 2015, yang kemudian diperkuat lagi pada Muktamar ke-48 di Solo tahun 2022.
“KHGT menjadi bagian dari program ‘Risalah Islam Berkemajuan’, menunjukkan bahwa kalender ini adalah program prioritas dan jangka panjang Muhammadiyah,” tambahnya.
Menjelang peluncuran, Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah, telah gencar melakukan sosialisasi KHGT ke seluruh Indonesia. Sosialisasi ini dilakukan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di berbagai daerah, termasuk Medan, Mataram, Yogyakarta, Makassar, dan Bandung.
Menurut Arwin, ide penyatuan kalender Islam secara internasional sebenarnya bukan inisiatif tunggal Muhammadiyah. Pada tahun 2016, di Turki, telah disepakati konsep kalender Islam global-tunggal yang dihadiri oleh ahli syariat, astronomi, dan pemerhati kalender Islam dari berbagai negara.
“Perhelatan di Turki ini sejalan dengan ijtihad Muhammadiyah dalam membentuk KHGT. Namun, perlu dicatat bahwa keputusan formal Muhammadiyah untuk kalender global-internasional telah ada sejak Muktamar Makassar tahun 2015,” jelas Arwin.
Arwin juga menegaskan bahwa meskipun KHGT Muhammadiyah mengadopsi hasil putusan Kongres Turki 2016, keputusan ini tidak terikat secara formal pada hasil kongres tersebut.
“Muhammadiyah telah berketetapan untuk mewujudkan Kalender Islam global-internasional jauh sebelum tahun 2016. Jadi, meski hasil putusan Kongres Turki penting, ia bukan penentu utama,” kata Arwin.
KHGT Muhammadiyah juga mengkaji parameter 5-8 yang dihasilkan dari Kongres Turki 2016 secara komprehensif, termasuk prinsip, parameter, dan syarat (PSP).
“Dalam berbagai forum, Muhammadiyah mengkaji aspek-aspek tersebut secara mendalam, meski masih ada ruang untuk penyempurnaan,” tutup Arwin.
Dengan peluncuran KHGT, Muhammadiyah berharap dapat memberikan solusi atas ketidakteraturan sistem penjadwalan waktu dunia Islam saat ini, serta membayar “hutang peradaban” Islam dalam bidang sistem kalender.
Muhammadiyah terus mengkaji dan menyempurnakan KHGT, sembari menerima kritik yang konstruktif untuk perbaikan ke depan.(*)