Mengadapi new normal atau tatanan kehidupan yang baru menjadi polemik belakangan ini ditengah masyarakat. Apakah kita siap menghadapinya tanpa rasa takut?
Jika kita berbicara mengenai new normal, maka Anda akan dihadapkan pada perubahan perilaku. Mungkin yang tadinya Anda tak begitu peduli dengan kebersihan, hidup di new normal sikap tersebut tak bisa diteruskan. Pun dengan kebiasaan berkerumun.
Semua orang harus benar-benar menjalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebab, dengan cara inilah Anda tetap bisa aman dari paparan virus corona.
Di sisi lain, bukan hanya raga yang harus siap menyambut New Normal, tetapi jiwa juga. Kesiapan psikis menyambut kehidupan new normal, harus sesemangat Anda menjaga luar tubuh dari paparan virus corona.
Jika bicara mengenai psikis, maka akan dihadapkan pada risiko hadirnya New Normal itu sendiri. Artinya setiap keputusan akan ada risikonya, apalagi keputusan tersebut menciptakan perubahan perilaku.
Mungkin kebanyakan masyarakat kita kurang suka dan selalu merasa sulit setiap kali berhadapan dengan situasi baru, mungkin karena kita lama dijajah sehingga saat berada di zona nyaman kita suka memberontak dulu awalnya. Sikap demikian yang membuat masyarakat lebih banyak protes ketimbang mendengar, mengamati, melihat, menjalani, ataupun merasakan.
Menyikapi datangnya New Normal berarti masyarakat mesti siap dengan perubahan kehidupan yang diterapkan dalam upaya pencegahan COVID-19. Beberapa orang tak siap menjalaninya, dan itu wajar
Sebab, di situlah proses perubahan terjadi, akan ada penolakan. Tapi, sejalannya waktu akan terbentuk proses latihan dan kebiasaan itu akan jadi hal normal.