BERANDANEWS – Makassar, Dalam rangka menanggulangi bencana banjir di Kabupaten Jeneponto, perlu adanya upaya pencegahan, diantaranya memberikan edukasi kepada masyarakat, simulasi dan pelatihan pencegahan bencana banjir, melakukan tata kelola lahan dan pengosongan lahan tempat aktivitas masyarakat hingga mitigasi bencana.
Hal tersebut disampaikan calon Doktor Jurusan Ilmu Sosiologi Universitas Negeri Makassar (UNM) Ibnu Hajar Yusuf saat menggelar Seminar Hasil Program Doktor (S3) di Gedung Pasca Sarjana UNM Makassar, Selasa (12/12).
Ibnu Hajar Yusuf mengangkat judul Seminar Hasil, Konstruksi Sosial Penanggulangan Bencana Alam di Kabupaten Jeneponto.
“Sumber utama terjadinya banjir di Kabupaten Jeneponto akibat dominasi manusia terhadap alam dan antar manusia. Teori sosial ekologi merupakan kritik terhadap struktur sosial hierarkis dan eksploitasi manusia terhadap lingkungan alamiah”, jelasnya.
Dalam pemaparannya, Akademisi UIN Alauddin Makassar ini membagi tiga teori Konstruksi Sosial Penanggulangan Bencana Alam di Kabupaten Jeneponto, yaitu Teori Sosial Ekologi, Teori Risiko Sosial, dan Teori Keterlibatan Masyarakat.
“Pertama Teori Sosial Ekologi, teori ini dikembangkan Murray Bookchim sebagai kritik terhadap struktur sosial hierarkis dan eksploitasi manusia terhadap lingkungan alamiah, kemudian Teori risiko sosial mencakup pemahaman bahwa persepsi dan pengelolaan risiko bencana tidak hanya bersifat teknis, tetapi terbentuk oleh budaya. Teori ini dikembangkan Ulrich Beck sosiolog Jerman. Dan terakhir Teori Keterlibatan Masyarakat, Dalam konteks ini partisipasi masyarakat dianggap sebagai faktor kunci dalam membentuk konstruksi sosial terkait dengan penanggulangan bencana. Teori ini dikembangkan Arstein dengan konsepnya Tangga Partisipasi”, jelas Ibnu Hajar dihadapan Tim Promotor dan Penguji.
Selain itu, dari tiga hasil penelitian, disebutkan peran aktor pendukung penanganan banjir, faktor penunjang dalam sistem sosial, dan model penanggulangan bencana dari konstruksi sosial masyarakat.
“Aktor pendukung penanganan banjir dengan memahami dan memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan ekologi. Mereka diharap berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan, membangun kesadaran tentang tindakan preventif dan mempromosikan upaya berkelanjutan untuk menghadapi banjir. Kemudian, faktor penunjang dalam sistem sosial penanggulangan banjir merujuk pada partisipasi masyarakat. Manajemen banjir berbasis mitigasi dinilai masih kurang maksimal. Beberapa titik lokasi masih kurang pencegahan. Pemerintah lebih fokus pada pasca bencana. Sementara sistem sosial melibatkan berbagai pihak, masyarakat, pemerintah dan organisasi non pemerintah”, jelasnya.
“Sementara pada model penanggulangan bencana dari konstruksi sosial masyarakat berupa persepsi resiko yang diperoleh dari faktor budaya, pengalaman masa lalu dan informasi lokal. Model lainnya dapat dilakukan dengan sistem peringatan sejak awal. Selain itu menjadi penting melalui koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah daerah”, tambahnya.
Seminar hasil ini turut disaksikan langsung oleh Ketua Promotor. Prof.Dr. Andi Agustang, M.Si, Sekretaris Promotor, Dr. Firdaus W Suhaeb, M.Si yang bertindak selaku moderator, kemudian Penguji Internal Prof. Dr Hasnawi Haris, M.Hum, Prof. Dr. Syamsu Andi Kamaruddin, M.Si dan Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, M.Pd, serta turut hadir beberapa mahasiswa UNM.(*)