OPINI – Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang diselenggarakan setiap tahunnya pada tanggal 17 Agustus selalu membawa banyak kesan yang menyisakan cerita.
Aktifitas warga ditandai dengan menjamurnya atribut-atribut seperti bendera merah putih, hadirnya Perlombaan-perlombaan berupa permainan rakyat zaman dulu yang dipertandingkan kembali diseluruh penjuru Indonesia sebagai salah satu pengingat identitas bangsa. Hal tersebut dilakukan guna memberi makna dan tujuan tentang bagaimana rakyat berpesta ria menyambut hari kemerdekaan. Dihari kemerdekaan yang ke 79 tahun, bangsa Indonesia boleh dikata mengalami pergeseran nilai, mungkin saja disebabkan oleh pengaruh westernisasi global sehingga insiden jilbab di IKN yang menyita perhatian publik mendapatkan atensi khusus dari pemerintah.
Pada prinsipnya Kebijakan melepas jilbab dengan tujuan keseragaman peserta paskibraka jelas telah mencoreng nilai-nilai keagamaan dan bukan merupakan bagian dari wujud kemerdekaan manusia beragama.
Berangkat dari euforia hari ulang tahun kemerdekaan, pertanyaan mendasar yang muncul adalah sudahkah kita merdeka?
Merdeka pada umumnya dimaknai sebagai kebebasan manusia dari belenggu penjajahan, sebab Allah SWT tuhan yang maha kuasa menciptakan manusia dan diberikan kedudukan derajat sebagai mahluk yang fitrah olehnya itu Sebagai mahluk yang fitrah, manusia diberikan kemerdekaan dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya.
Terlepas dari itu semua, makna kemerdekaan sesungguhnya sangatlah penting untuk dipelajari, diresapi dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya Teriakan Merdeka tidak hanya menggema disaat perayaan HUT RI saja, akan tetapi bagaimana teriakan kemerdekaan itu tetap dikumandangkan manakala rakyat masih ada yang kelaparan, para pejabat masih ada yang korupsi, Kebijakan politik dan ekonomi masih berpihak kepada sekelompok orang yang berada dilingkungan kekuasaan.
Bahkan disebut karena ambisi kekuasaan kabar tentang adanya lurah memecat Ketua RT di kota Makassar menjadi trending isu politik bahwa ternyata dalam menjalankan roda pemerintahan, mekanisme yang dijalankan sudah tidak sehat lagi, rakyat kemudian dipaksa untuk mengikuti regulasi yang dibuat berdasarkan kepentingan politik kekuasaan, pihak yang tidak sepaham akan disingkirkan, seperti itu kira-kira pengamatan beberapa orang yang menjadi teman diskusi saya.
Sekarang ini para elit politik sedang disibukkan dengan kontestasi Pemilihan Kepala Daerah serentak yang akan diselenggarakan November mendatang, terkhusus di Kota Makassar Sulawesi Selatan sudah muncul figur-figur yang akan meramaikan kontestasi Pilkada, dan sebagai rakyat biasa kita semua berharap pemilihan kepala daerah berjalan lancar, aman dan damai sehingga dapat terwujudnya kemerdekaan dalam memilih pemimpin tanpa intervensi atau paksaan untuk memilih, tidak ada lagi RT/RW, Lurah, camat, kadis yang dicopot dari jabatannya karena tidak menjalankan perintah atasannya.
Sekarang Wattunnami Merdeka dari belenggu tirani kekuasaan yang dzalim, dengan harapan pemimpin yang nantinya dipilih adalah mereka yang akan memuliakan rakyatnya.
Penulis
Taqwa Bahar
Wakil Ketua Pemuda ICMI Sulsel