Penelitian terbaru seperti dilansir dari Healthline, sebuah Studi dari Wuhan, China, tempat ditemukannya kasus COVID-19 yang pertama kali diketahui. Dalam studi tersebut, para ilmuwan melihat jenis darah dari 2.173 orang yang telah didiagnosis dengan COVID-19 dan membandingkannya dengan jenis darah dari populasi umum di wilayah itu.
Mereka menemukan bahwa pada populasi normal, tipe A adalah 31 persen, tipe B adalah 24 persen, tipe AB adalah 9 persen, dan tipe O adalah 34 persen. Pada mereka yang memiliki virus, tipe A adalah 38 persen, tipe B adalah 26 persen, tipe AB adalah 10 persen, dan tipe O adalah 25 persen.
Para peneliti menyimpulkan bahwa golongan darah A memiliki risiko COVID-19 yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan golongan darah non-A. Sedangkan golongan darah O memiliki risiko yang secara signifikan lebih rendah untuk penyakit menular dibandingkan dengan golongan darah non-A.
Laporan itu pun membuat beberapa ahli khawatir bahwa orang-orang dengan darah tipe A mungkin panik atau khawatir. Dan orang-orang dengan darah tipe O, mungkin akan menurunkan kewaspadaan mereka atau menjadi terlalu puas diri.
“Hasil ini tidak dapat digunakan untuk mengurangi tindakan pencegahan serius, yang perlu dilakukan semua orang, terlepas dari golongan darah mereka,” kata Dr. Mary Cushman, MSc, ahli hematologi dan profesor di Larner College of Medicine di University of Vermont.
“Kami tidak ingin orang berpikir mereka terlindungi dan tidak perlu mengambil tindakan pencegahan karena mereka memiliki golongan darah tipe O,” tambah dia.
Sementara, Patricia Foster, PhD, seorang ahli mikrobiologi dan profesor emerita biologi di Universitas Indiana, menyebut ini adalah studi yang menarik.
“Tapi itu perlu verifikasi. Jika mereka dapat menghasilkan jumlah yang lebih banyak dan studi yang lebih besar, itu adalah sesuatu yang harus diwaspadai,” katanya.
Menurutnya, para ilmuan tersebut mungkin menafsirkan temuan spesifik untuk golongan darah tertentu. Tetapi, inti dari apa yang mereka amati adalah bahwa orang dengan golongan darah O memiliki risiko infeksi yang lebih rendah daripada kelompok darah lainnya.
“Ini sangat menarik dan hasilnya tidak sepenuhnya mengejutkan, karena kita tahu golongan darah penting dalam pengaturan lain dan virus lain,” tambahnya.
Meski begitu, tetap saja golongan darah tidak menghasilakn informasi untuk mencegah atau mengobati infeksi. Pasalnya, dengan temuan ini tidak berarti golongan darah O kebal terhadap virus.
“Semua orang perlu terus mencuci tangan, menjaga jarak fisik dari yang lain, dan mengikuti semua hal yang direkomendasikan oleh ahli kesehatan masyarakat,” katanya.(*)