Umumnya, peningkatan risiko dari virus corona yang berhubungan dengan AC terjadi karena ruangan yang tertutup dengan sirkulasi yang minim.
Hal ini dapat diperparah ketika ruangannya sempit dan penyejuk udara tersebut tidak pernah dimatikan. Maka dari itu, penting untuk melakukan pergantian udara dengan cara membuka jendela-jendela yang ada.
Penularan virus corona dapat terjadi pada bangunan dengan bangunan yang ventilasi udaranya buruk, sehingga memengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko terhadap penyebaran penyakit.
Beberapa penyakit yang sudah terbukti dapat menyebar melalui AC adalah tuberkulosis dan legionellosis. Risikonya meningkat jika jumlah pertukaran udara di ruangan tersebut sedikit dan penyakitnya tidak mendapat perawatan.
Sistem ventilasi alami yang dirancang dengan baik terbilang lebih efektif untuk mengendalikan penyebaran infeksi melalui udara. Dengan alasan tersebut, sistem ventilasi campuran alami dan pendingin udara digunakan pada beberapa klinik dan rumah sakit.
Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit pada pengunjung dan pekerja.
Rata-rata virus mampu bertahan di udara sekitar 30 menit. Hal ini dapat sangat berbeda jika penyebab penyakit tersebut menempel di permukaan benda, virus tersebut dapat bertahan dalam hitungan hari.
Hal yang paling penting dari penggunaan AC untuk menghindari risiko virus corona adalah menghindari berinteraksi atau satu ruangan dengan seseorang yang terinfeksi. Maka dari itu, penting untuk menghindari keramaian di ruangan tertutup.
Jika sudah dipastikan semuanya sehat, maka pemakaian AC di rumah bukan masalah.(*)