Momen Kota Makassar dalam Forum Global: Refleksi atas Kehadiran Danny Pomanto di Osaka

OPINI – Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto atau yang biasa disapa Danny Pomanto, menghadiri forum internasional bertajuk “City-to-City Collaboration for Zero Carbon Society 2025” di Osaka, Jepang.

Danny memberikan ruang refleksi bagi kita semua. Sebagai satu-satunya wali kota dari Indonesia yang diundang untuk berbicara di forum ini, Danny membawa gagasan tentang pembangunan kota rendah karbon dengan pendekatan yang menarik, terutama dalam konteks penataan ruang, penerapan teknologi hijau, penghijauan, dan pembangunan kesadaran kolektif masyarakat.

Forum yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jepang ini merupakan platform bergengsi yang membahas isu global: bagaimana kota-kota di dunia dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih ramah lingkungan. Kehadiran Danny Pomanto menggarisbawahi bahwa kota seperti Makassar, dengan segala tantangan dan potensinya, memiliki pengalaman yang layak untuk dibagikan di level internasional.

Apa yang menarik dari paparan Danny adalah penekanannya pada pendekatan holistik. Ia tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang keterlibatan masyarakat sebagai elemen penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi sosial terhadap perubahan iklim. Gagasan ini mencerminkan bahwa kebijakan kota tidak bisa hanya datang dari atas (top-down), tetapi harus didukung oleh partisipasi aktif masyarakat. Dalam perspektif teori sosial, pendekatan ini sejalan dengan gagasan Anthony Giddens tentang strukturasi, di mana perubahan besar terjadi melalui interaksi antara struktur formal dan praktik sosial sehari-hari.

Namun, keberhasilan ini juga perlu kita sikapi secara kritis. Meskipun undangan tersebut merupakan pengakuan atas ide-ide yang diterapkan di Makassar, pertanyaan yang tak kalah penting adalah sejauh mana gagasan ini telah terinternalisasi di tingkat lokal? Apakah masyarakat Makassar merasakan langsung dampak dari program-program yang berbasis keberlanjutan ini? Bagaimana komitmen terhadap keberlanjutan ini dapat dijaga di tengah dinamika politik dan tantangan perkotaan lainnya?

Momentum ini memberikan peluang bagi Makassar untuk memperkuat posisinya sebagai kota yang inklusif dan berwawasan lingkungan. Tantangannya adalah bagaimana mengubah pengakuan global ini menjadi dorongan nyata untuk implementasi yang lebih konsisten di lapangan. Misalnya, penghijauan kota sebagai bagian dari program dekarbonisasi tidak hanya berhenti pada pencapaian kuantitatif, tetapi juga harus memperhatikan keberlanjutan jangka panjang.

Kehadiran Danny Pomanto di Osaka bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga sebuah panggilan bagi seluruh elemen masyarakat Makassar untuk merefleksikan bagaimana kota ini dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam isu global seperti perubahan iklim. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Makassar berpotensi menjadi model kota yang mampu menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan.

Sebagai warga kota, kita patut menjadikan momen ini sebagai inspirasi untuk lebih peduli terhadap upaya keberlanjutan di lingkungan sekitar. Pengakuan dunia adalah langkah awal, tetapi pekerjaan sesungguhnya ada di tangan kita semua: menjaga Makassar tetap relevan di panggung global sekaligus memberi manfaat nyata bagi warganya…(*)

Penulis
Dr. Ibnu Hajar, S.Sos.I, M.I.Kom
Akademisi UIN Alauddin Makassar