Pentingnya melestarikan Budaya Tabe’ dalam lingkungan Sehari-hari

Ilustrasi

BUDAYA – Budaya tabe’ merupakan tata krama adat masyarakat suku Bugis di Sulawesi Selatan yang berarti permisi. Istilah tabe menunjukkan sikap sopan santun dan saling menghargai, baik dalam bentuk ucapan dan gerakan tangan dengan membukkan badan sedikit..

Adapun Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tabe’. Pertama menunjukkan sikap Sipakatau, yaitu sikap yang tidak membeda-bedakan orang, kemudian Sipakalebbi, yaitu sikap saling menghargai dan Sipakainge, yaitu saling mengingatkan.

Budaya tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban, meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya.

Tetapi sekarang ini, banyak sekali anak-anak muda generasi milenial yang tidak lagi menerapkan budaya tabe’. Selain anak-anak dari generasi milenial, nyatanya banyak juga dari golongan orang tua yang kurang menerapkan budaya tabe’.

Meski terlihat sepeleh tapi memang makna dari budaya ini sangat memperlihatkan sifat sopan santun dan tata krama yang baik di daerah bugis. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, budaya tabe’ ini sudah jarang diterapkan. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang sekarang ini semakin maju dan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih.

Dengan menerapkan budaya ini di lingkungan masyarakat, orang-oarang yang lebih tua merasa sangat dihormati. Ketika seorang anak muda yang sedang melewati sekumpulan orang yang lebih tua kemudian ia menerapkan budaya tabe’ ini maka orang yang lebih tua akan merespon dengan memberikan ruang seperti menarik kaki yang bisa saja akan menghalangi orang yang lewat, membalas senyuman, memberikan anggukan hingga memberikan jawaban silahkan lewat.

Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya ini memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat yang menerapkannya karena mencerminkan sikap sopan santun dan menghargai orang yang lebih tua.

Budaya Tabe’ harus mulai diterapkan dalam lingkungan keluarga, dikarenakan adab dari seorang anak yang tidak diajarkan budi pekerti dan sopan santun dari lingkungan keluarga akan berdampak pada lingkungan sekitarnya. Apalagi Bugis dan Makassar dulunya sangat menjunjung budaya mappatabe’ ini. Bukan hanya penghormatan dan penghargaan kepada orang yang lebih tua, akan tetapi sebagai cerminan adab kepada siapa saja, kepada teman dan orang lain.

Dalam pepatah bugis disebutkan “Olakku Kuassukeki, Olakmu Muassukeki” Pepatah ini memiliki arti : Takaranku kujadikan ukuran, takaranmu kau jadikan ukuran. Mengajarkan kita bahwa meski memiliki berbeda-beda, karenanya penting untuk saling menghargai pendapat atau pandangan orang lain dalam kehidupan.(*)