Nilai Tukar Petani merosot, DPR minta Kementan Harus Waspada Lonjakan Biaya Produksi

Kantor Kementan

BERANDANEWS – Jakarta, Kementerian Pertanian (Kementan) diminta untuk mewaspadai lonjakan biaya produksi yang meningkat dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.

Hal ini merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan tren yang merosot dalam dua bulan terakhir yakni Januari dan Februari 2025.

Anggota Komisi IV DPR RI Cindy Monica menyebut NTP bulan Februari 2025 Turun 0,23 persen dari bulan sebelumnya dan indeks harga yang diterima petani juga turun 0,04 persen. Ironisnya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal bulan Februari justru meningkat sebesar 0,20 persen.

Legislator Fraksi Partai NasDem itu mengungkapkan, lonjakan indeks biaya produksi dan mahalnya harga bibit, pupuk, hingga pestisida akan membuat petani semakin terhimpit secara ekonomi. Terlebih, tren NTP justru mengalami penurunan secara perlahan dalam dua bulan terakhir.

Maka dari itu, ia meminta Kementerian Pertanian untuk melakukan mitigasi agar penurunan NTP dapat diantisipasi secara optimal.

“Kami dari Partai Nasdem meminta Kementan untuk mewaspadai NTP ini, agar tentunya tidak berdampak kepada kesejahteraan petani dan dalam jangka panjang membuat petani semakin miskin,” katanya

Tak hanya itu, Cindy juga menyoroti potensi inflasi harga cabai rawit. Karena harga komoditas itu di Pasar Pondok Gede Jakarta mencapai Rp150 ribu per kilogram.

“Saya mendapat laporan di Pasar Pondok Gede mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Ini hal yang selalu terjadi khususnya di bulan Ramadan dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Untuk itu, ia meminta Kementan melakukan pelibatan intensif rumah tangga dalam produksi pangan demi menjaga harga cabai rawit.

“Kami dari Fraksi Nasdem mengusulkan Kementan melakukan pelibatan intensif rumah tangga dalam produksi pangan, terutama cabai rawit yang bisa dibudidayakan dalam skala kecil, karena tadi saya lihat bantuan benih cabai juga mengalami efisiensi,” tandasnya. (*)