Massopo Bola, Tradisi Gotong Royong memindahkan Rumah

Massopo Bola, Tradisi Gotong Royong memindahkan Rumah

BUDAYA | Sebagai salah satu warisan budaya nusantara sudah menjadi kewajiban untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku Bugis dengan cara menghormati, dan menghargai budaya tersebut.

Di daerah pedesaan masih mudah ditemukan orang gotong royong pada acara hajatan pengantin atau sunatan, selain gotong royong untuk kepentingan umum masyarakat yang lain, apalagi bilama ada musibah atau bencana.

Salah satunya yaitu di daerah Kecamatan Libureng ,Kabupaten Bone terdapat suatu tradisi yang dilaksanakan secara gotong royong yaitu tradisi mengangkat rumah atau dalam bahasa bugis di sebut ”masoppo bola”.

Tradisi ini dilakukan dalam rangka memindahkan rumah panggung dari satu tempat ke tempat yang ditentukan si pemilik rumah.

Biasanya pemilik rumah memindahkan rumah tersebut dengan alasan rumah tersebut telah terjual atau ada sanak keluarga yang ingin membangun rumah di tempat tersebut.

Tradisi masoppo bola bagi masyarakat bugis di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah sebuah tradisi yang telah di laksanakan dari jaman dahulu.

Tradisi ini di laksanakan sejak jaman dahulu, biasanya di lakukan pada hari jumat setelah melaksanakan shalat jumat, para lelaki berkumpul di dekat rumah yang akan di angkat kegiatan ini biasanya di awali dengan makan bersama sebelum mengangkat rumah hal ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus menambah kekuatan.

Makan bersama sebelum mengangkat rumah

Sebelum rumah tersebut dipindahkan, barang-barang yang ada didalam rumah tersebut harus dikeluarkan dari dalam rumah untuk menghindari kerusakan. Kemudian tiang-tiang yang ada di bawah rumah panggung tersebut dipasangi bambu yang berguna untuk mengangkat rumah.

Awalnya pemilik rumah sudah merencanakan memindahkan rumahnya kemudian bermusyawarah dengan keluarga dan perangkat pemerintah untuk menentukan waktunya. Kemudian diumumkan kepada masyarakat, setelah itu mempersiapkan alat-alat yang ingin digunakan seperti bambu sebagai penopang rumah yang ingin diangkat.

Selain bambu ada beberapa peralatan lainnya yaitu kayu dan tali. Kemudian pada hari yang di tentukan biasanya pada hari jumat pemilik rumah bersiap dengan mengeluarkan semua barang- barang yang ada di dalam rumah seperti lemari, tv, ranjang dan barang-barang.

Proses mengangkat rumah diawali dengan menyiapkan batang-batang bambu dipotong sesuai ukuran panjang dan lebar rumah. Bambu-bambu ini lalu diikatkan ke tiang rumah untuk membantu menahan struktur rumah dari goncangan, sekaligus akan menjadi sandaran bahu ketika rumah diangkat. Lalu salah seorang kerabat pemilik rumah memberi aba-aba melalui pengeras suara agar semua bersiap mengangkat rumah.

Sebelum melakukan pengangkatan rumah, prosesi ini biasanya akan diawali dengan pembacaan doa yang dilakukan oleh imam kampung. Doa tersebut dilakukan dengan harapan agar semua prosesi pemindahan rumah tersebut bisa berjalan dengan lancar.

Pengangkatan rumah tersebut dilakukan oleh warga satu kampung dan dikomando oleh ketua adat atau kepala kampung. Ketua kampung tersebutlah yang akan memberikan aba-aba kapan harus mengangkat, berjalan, kecepatan langkah dan sebagainya. Semua yang ikut dalam proses pemindahan rumah adalah kaum laki-laki, dengan dikomandoi oleh seorang tokoh masyarakat, dengan aba-aba kemuadian tokoh masyarakat memerintahkan untuk mulai mengangkat rumah, sambil mengangkat rumah biasanya masyarakat berteriak untuk menambah semangat para lelaki yang sedang mengangkat rumah. Rumah diangkat sedikit demi sedikit sampai di tempat yang sudah di tentukan.

Setelah rumah yang diangkat telah selesai, maka para pengangkat rumah akan kembali ke tempat awal untuk menikmati makanan yang telah disediakan oleh para perempuan.

Selain makna gotong royong, proses pemindahan rumah ini memiliki makna kerja keras, kegigihan, kesabaran, dan kerendahan hati juga menjadi nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi massopo bola.

Orang-orang yang mengangkat rumah tersebut, bersama-sama untuk bekerja keras mengangkat rumah itu ketempat yang dituju. kegigihan dan kesabaran membuat tradisi ini berjalan dengan lancar dan terkendali. Selain itu, adanya kerendahan hati membuat tradisi ini menjadi lebih erat kekeluargannya. Maksud dari kerendahan hati itu sendiri adalah orang-orang yang mengangkat rumah itu tidak memandang status, yang terpenting mereka semua bersama-sama membantu dan bergotong royong.(*)