Lagaligo diangkat Ke Layar Lebar, Siap Tayang 11 Februari 2024

Poster Film Lagaligo

BERANDANEWS – Makassar, Giat perfilman di Kota Makassar seakan tak pernah padam untuk menghasilkan karya sinematografi, terkhusus yang menceritakan sejarah dan budaya yang ada di Sulawesi Selatan, sebagai tontonan yang wajib. Melalui rumah produksi, Tujuh Langit kembali akan menghadirkan film bergenre sejarah masa lalu, yang berjudul “Lagaligo”.

Produser Film Lagaligo, Quraish Mathar, mengatakan film Lagaligo ini diangkat dari naskah karya Dul Rahman yang menurutnya lebih mudah untuk dicerna dan diangkat kelayar lebar.

“Film Lagaligo ini diangkat dari naskah karya Dul Rahman, karena lebih mudah dicerna dan diangkat kelayar lebar, selain itu film ini lahir dari kegelisahan yang mana ada banyak pentas yang menceritakan tentang La Galigo tapi tidak sesuai cerita sebenarnya”, jelasnya, Selasa (06/02).

Menurutnya Film Lagaligo ini diangkat dari Mitologi yang sebenarnya sesuai dengan naskah Dul Rahman. Selain itu alasan diangkatnya lagaligo kedalam film layar lebar, motivasinya menurut Sutradara dari film Melawan Takdir ini, adalah untuk mengangkat napak tilas manusia pertama di kerajaan bumi, yang awalnya hanya bisa disaksikan melalui pentas teater ataupun hanya melalui buku bacaan.

“Ini salah satu motivasi kita, selama ini naskah Lagaligo, isinya hanya bisa melalui pementasan teater, yang dipentaskan dibeberapa kota hingga luar negeri, atau hanya bisa dalam buku bacaan saja, dan ini memotivasi kita untuk memproduksi dalam bentuk visual atau film layar lebar”, jelas Quraish.

Film Lagaligo berdurasi 89 menit yang mengambil lokasi produksi di Malili, Soroako dan Bira Bulukumba, diharapkan dapat disaksikan oleh semua kalangan terkhusus warga Sulawesi Selatan.

“Dibuatnya film ini sebagai edukasi sejarah, mitologi asal muasal manusia yang diceritakan melalui pendekatan tradisi dan budaya di Sulawesi Selatan, diharapkan film ini nantinya bisa disaksikan oleh semua kalangan, semua umur, tanpa terkecuali”, tambahnya.

Film Lagaligo rencananya akan tayang pada 11 Februari 2024 mendatang di Bioskop di Makassar dan beberapa daerah di Sulawesi Selatan

Sinopsi Film Lagaligo
Kisah tentang seorang bayi yang kelahirannya sejatinya tak pernah direstui oleh We Cudai yang sejatinya pula adalah Ibu kandungnya sendiri. We Cudai tak rela melahirkan seorang bayi, hasil dari hubungannya dengan Sawerigading yang disebutnya sebagai manusia buruk rupa. Sering kali We Cudai mengutuk janin di tubuhnya yang menurutnya hanya dianggap sebagai sesuatu yang membuatnya sangat menderita dan kesakitan.

Sawerigading lalu menyamar sebagai dewa, menyentuh perut We Cudai sembari berdoa untuk keselamatan calon bayinya dan agar We Cudai diberi ampunan. Setelah melahirkan, I We Cudaiq membungkus dirinya dengan sarung. Ia berkata kepada dukun kerajaan dengan nada menghina “Jangan menyimpan bayi orang Ale Luwuq tersebut dalam Istana La Tanete! Segera simpan bayi itu dalam belanga pecah yang ditutup dengan daun teratai danau. Lalu belanga pecah tersebut disimpan di atas rakit lalu dihanyutkan di sungai!”.

Sawerigading memerintahkan untuk mengangkut bayi tersebut dengan usungan emas. Semua penghuni Istana La Tanete memandang dengan cemas. Semua orang berusaha untuk menahannya, namun perintah Sawerigading tidak boleh dibantah. Sawerigading tak peduli lagi Istana La Tanete, sebab We Cudai sudah menghina keturunannya sendiri. Seluruh penghuni Istana La Tanete, kecuali We Cudai, menangisi kepergian bayi tersebut. Sawerigading sudah bersumpah untuk membesarkan sendiri bayinya. Namun Sawerigading selanjutnya memilih untuk mengembara, meninggalkan Sang bayi yang selanjutnya ditempa oleh alam dan lingkungannya sendiri. Dia tumbuh menjadi pemuda pemberani, cerdas dan menjadi pemimpin di antara rekan-rekannya. Tak pernah lagi dia pernah bertemu dengan Ibu dan ayahnya. Bayi itu bernama La Galigo… Raja tanpa istana.

Film selanjutnya akan diwarnai dengan drama kehidupan La Galigo yang syarat makna kehidupan sampai pada fase akhir yang secara tak sengaja La Galigo berhasil mengalahkan Sawerigading dalam sebuah ajang sabung ayam. Saat itu pula untuk pertama kalinya dia bertemu dengan kedua orang tuanya. We Cudai begitu takjub dengan ketampanan dan kecerdasan La Galigo anaknya yang dahulu justru sangat tak diharapkan kelahirannya olehnya sendiri. Sementara Sawerigading akhirnya berhasil menemukan lawan tanding yang seimbang, baik dalam hal sabung ayam maupun dalam hal peperangan yang sesungguhnya.(*)