BERANDANEWS – Jakarta, Beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau whoosh telah membengkak hingga USD7,2 miliar atau setara Rp116 triliun.
Komposisi utang tersebut sekitar 75 persen merupakan pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan suku bunga sekitar 3,5 hingga 4 persen. Hal ini membuat konsorsium PT KCIC yang mayoritas dipegang oleh PT KAI perlu membayar bunga utangnya saja sekitar Rp2 triliun per tahun.
PT KCIC masih menelan kerugian sebesar Rp1,6 triliun pada semester I 2025. Jumlah ini menyusut jika dibandingkan dengan semester I 2024 sebesar Rp2,3 triliun.
Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, yang membidangi perdagangan dan BUMN, di Jakarta, Rabu (20/8), Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin mengusulkan restrukturisasi proyek Whoosh.
“Kami dalami juga masalah KCIC, memang ini bom waktu. Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk penyelesaian KCIC ini, selanjutnya untuk perbaikan dan restrukturisasi dari portofolio-portofolio yang ada,” ucap Bobby.
Pada kesempatan tersebut, Anggota Komisi VI Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto, menyoroti utang besar yang ditanggung KAI dalam dua tahun terakhir akibat proyek KCIC.
“Saya melihat ada utang yang begitu besar yang harus ditanggung kereta api dalam proyek KCIC. Bapak pegang saham PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) 58 persen lebih. PSBI kuasa 60 persen, China 40 persen. Itu kalau dihitung 2025 itu bisa beban keuangan dan dari kerugian KCIC bisa capai Rp 4 triliun lebih,” ungkapnya.
PSBI merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh konsorsium PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN). PSBI tercatat memiliki 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Whoosh.
KCJB yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) ini menjadi sorotan karena beban utang yang harus ditanggung oleh PT KAI. Perusahaan pelat merah itu mendapat beban utang Rp 6,9 triliun dari China Bank Development (CDB) untuk pembayaran pembengkakan biaya proyek Whoosh.
Total biaya proyek mencapai USD 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,9 triliun, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) senilai USD 1,2 miliar atau Rp 18,2 triliun.(*)