BERANDANEWS – Makassar, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A Dalduk KB) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar kegiatan memperingati Hari Ibu ke 95, di Hotel Grand Claro, Makassar, Ahad (24/12).
Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah elemen organisasi perempuan Sulawesi Selatan, diantaranya, Pj Ketua Tim Penggerak PKK Sulawesi Selatan Hj Sofha Marwah Bahtiar, Ketua DPRD Sulawesi Selatan Andi Ina Kartika Sari, Pj Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi Sulawesi Selatan A Hanna Arsjad, Kepala DP3A Dalduk KB Provinsi Sulawesi Selatan Andi Mirna.
Lanjut, Ketua Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) Sulawesi Selatan Liestiaty Fahruddin, Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Sulawesi Selatan Prof Dr Ir Apiaty K Amin Syam, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota, dan para Aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak.
Peringatan Hari Ibu ke 95 ini memberi makna tersendiri bagi para tokoh perempuan di Sulawesi Selatan. Diantaranya, Pj Ketua Tim Penggerak PKK Sulawesi Selatan Sofha Marwah Bahtiar yang menganggap Hari Ibu sebagai momentum peningkatan peningkatan tonggak pergerakan perempuan Indonesia, khususnya perempuan Sulawesi Selatan dalam berkontribusi aktif memajukan bangsa serta menjadi agen perubahan dengn secara aktif mendorong hadirnya inovasi.
“Peringatan Hari Ibu ke 95, tahun 2023, merupakan kesempatan ideal untuk menghargai peran dan pencapaian perempuan di Sulawesi Selatan dalam berbagai bidang untuk mempromosikan kesetaraan gender dan peningkatan perlindungan perempuan dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan, memotivasi perempuan untuk mengambil peran aktif memajukan negara dan memajukan keberagaman budaya dan warisan Sulawesi Selatan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) Sulawesi Selatan Liestiaty Fahruddin menilai peran perempuan khususnya kaum Ibu sangat besar bagi kehidupan keluarga. Terlebih, dengan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sulawesi Selatan.
Dengan demikian, Lies mengungkapkan regulasi yang mengatur tindakan kekerasan bagi perempuan dan anak ini harus secara massif di sosialisasikan kepada masyarakat. Bahkan, peran ibu dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan ini sangat besar.
“Jadi itu harus disosialisasikan ke masyarakat supaya tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak ini bisa ditekan.Kekerasan terhadap anak itu bukan datang dari luar tapi dari rumah sendiri. Orang-orang terdekat yang harus kita jaga, kita awasi, jadi itulah yang harus kita sosialisasikan bagaimana kita menjaga keluarga sendiri. Maunya saya sih perempuan jangan terlalu sibuk diluar,” ujarnya.
Aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak yang tergabung dalam Koalisi Perempuan Indonesia Sulawesi Selatan, Ruby Sudikio menjelaskan, ada pergeseran makna dalam peringatan hari ibu yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Itu ditandai dengan masih adanya pemenuhan hak perempuan yang terbelenggu dengan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta kasus perceraian yang ikut meningkat.
Jurnalis perempuan dari salah satu stasiun radio swasta di Makassar ini juga mengatakan, Hari Ibu merupakan momentum pemantik semangat tidak hanya bagi para perempuan, tapi juga masyarakat khususnya generasi muda untuk bergerak bersama secara nyata meningkatkan kualitas hidup perempuan serta menjadi solusi dalam menghadapi berbagai persoalan terkait perempuan.
“Perlunya penyadaran, untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan. Perempuan harus mandiri dan menjaga diri. Hilangkan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan, ciptakan ruang publik yang nyaman untuk perempuan dan lebih meningkatkan fungsi keluarga sebagai pelindung bagi perempuan dan anak, karena keluarga merupakan benteng yang kuat untuk menghadapi kondisi global yang terjadi,” tutupnya. (*)