Berandasulsel.com – Makassar, Rapat konsolidasi yang digelar di rumah Jabatan Gubernur Sulsel bersama dinas dan rumah sakit bertujuan untuk mengantisipasi peningkatan pasien Covid-19, terkhusus soal ketersediaan tempat tidur, ruang isolasi, Duta Covid-19, serta langkah-langkah pencegahan.
“Pemeriksaan spesimen (Covid-19) kita terus naik dua kali lipat. Memang perkembangan kasus juga sangat signifikan kenaikannya. Tentu yang pertama kami ingin mendengar sejauh mana kesiapan kita menghadapi kondisi ini. Terutama urusan rumah sakit yang menjadi penyangga utama maupun rumah sakit penyangga lain,” kata Nurdin Abdullah, di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Minggu (3/1).
Nurdin menyampaikan strategi di awal saat Covid-19 ada di Sulsel, penanganan pasien dikategorikan antara yang bergejala dan tidak bergejala.
“Oleh karena itu, kami dari awal Covid-19 sudah membagi, yang OTG kita rawat Wisata Covid-19. Yang ada komorbid kita masukkan ke rumah sakit. Namun, saya lihat terakhir ini, segala yang positif semuanya mengarah ke rumah sakit. Makanya perlu edukasi dan sosialisasi kita lebih gencar lagi ditambah strategi kita,” terangnya.
Mengantisipasi lonjakan dan puncak kasus, maka pemerintah akan menambah kapasitas tempat tidur isolasi rumah sakit, penambahan hotel karantina, termasuk di kabupaten kota.
“Sebenarnya hotel-hotel kita sama dengan rumah sakit darurat. Karena sudah ada tenaga medis, obat-obatan yang beragam,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Muhammad Ichsan Mustari, menyebutkan, penguatan manajemen juga dibahas, termasuk sistem rujukan pasien. Demikian juga memanfaatkan 1.000 tokoh lintas agama mereka didorong untuk mengedukasi masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan.
Demikian juga dengan saat ini, rujukan ke Makassar dalam dua hari terakhir sudah mulai berkurang karena rumah sakit kabupaten/kota diaktifkan untuk penanganan Covid-19. Adapun okupansi rumah sakit sebesar 67-68 persen.
“Penguatan dengan penambahan kapasitas rumah sakit. Ditambahkan tempat tidur dari bantuan Jepang,” ungkapnya.
Hal lain disampaikan, vaksinasi akan dilakukan 14 Januari 2020 di Sulsel. Ini serentak di Indonesia untuk tenaga kesehatan.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulsel, Husni Thamrin, menyebutkan, direncanakan bahwa pasien Covid-19 yang sementara dirawat di rumah sakit dan sudah tanpa gejala namun masih berstatus positif Covid-19, untuk dipindahkan ke hotel Duta Wisata Covid-19. Sehingga, mengurangi beban rumah sakit dan betul-betul merawat yang gejala berat dan kritis.
“Pembukaan hotel masih dibutuhkan untuk menampung yang sudah dinyatakan sembuh dari gejala,” jelasnya.
Ketua Tim Konsultan Covid-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin, memaparkan, secara global untuk di kawasan Eropa sudah masuk serangan gelombang kedua dengan varian baru. Di kawasan Asia varian lama telah menurun, tetapi di Indonesia masih mengalami peningkatan.
“Kawasan Asia masuk gelombang pertama menurun, tetapi Indonesia masih mengalami peningkatan,” ujarnya.
Positivity rate Covid-19 Indonesia berada di angka 20 persen. Sementara Sulsel di angka 15-17 persen.
Ia menyebutkan, program Duta Covid-19 memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah orang dirawat di rumah sakit. Ini juga menekan jumlah kematian pasien Covid-19. Adapun angka tertinggi kematian pasien Covid-19 di Sulsel 2,5 persen.
“Pada saat provinsi lain kematiannya 7 persen. Sulsel 1,9 persen. Jadi luar biasa kontribusi Duta Covid-19 terhadap menekan pasien masuk ke rumah sakit. Jadi, yang masuk ke rumah sakit memang adalah yang bergejala berat dan kritis,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa angka testing Covid-19 di Sulsel di atas direkomendasikan WHO. Namun, ia menekankan perlunya tracing contact dilakukan lebih luas dan besar lagi.
“Kita bisa lihat, bagaimana Singapura mengontrol kasus barunya adalah dengan semua tracing contact dan strain baru itu semua orang kontaknya dia tracing. Sehingga tidak terjadi kasus baru dan varian baru tersebut. Ini juga di Sulsel kita membuat terobosan baru di penguatan tracing kita,” imbuhnya. (*)