BERANDANEWS – Makassar, Puncak Dies Natalis Ke-25, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, mengambil tema sentral: “Penyatupaduan ALumni FIKP Unhas untuk Kemajuan Kelautan dan Perikanan Indonesia”. Acara puncak perayaan berlangsung secara virtual melalui zoom meeting, dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur, Pj. Walikota Makassar, Rektor Unhas, serta stake-holder, mitra, dan alumni dari seluruh Indonesia dan mancanegara, Sabtu (31/1)
Gubernur Nurdin Abdullah dalam sambutannya, memiliki harapan agar FIKP Unhas terus tumbuh dan berkembang, mengisi hari dengan mendidik anak-anak bangsa dan membangun masa depan Indonesia dengan karya, kreativitas dan inovasi serta dengan semangat kemajuan dan kebersamaan.
“25 tahun sebuah usia cukup dewasa dan mapan sebagai modal untuk meraih harapan lebih baik untuk mencapai dan menjadi FIKP terkemuka di Indonesia. Untuk itu, saya mengajak civitas akademika untuk lebih berkontribusi terhadap daya saing sumber daya manusia di Sulsel khususnya, dan Indonesia pada umumnya, dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” kata Nurdin Abdullah.
Provinsi Sulsel diketahui memiliki 24 kabupaten/kota, dan hanya 5 kabupaten yang tidak berbatasan dengan pesisir. Memiliki 332 pulau dan 75 persen dan wilayahnya merupakan wilayah pesisir dan laut, garis pantai sekitar 1.937 Km dan luas perairan 266.877 Km/m2.
“Ini cukup memadai untuk kita kelola dan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, salah satu komoditi Sulsel yang pernah menjadi ikon dan kebanggaan adalah udang windu (sitto). Oleh karena itu, mengembalikan komoditi kejayaan Sulsel ini lebih berdaya saing adalah tugas yang harus dilakukan. Udang ini juga sudah tidak terpisahkan menjadi bagian budaya masyarakat Sulsel.
“Ini pernah menjadi peringkat kedua, setelah minyak untuk penerimaan devisa untuk negara kita,” tegasnya.
Peran civitas akademika Unhas, menurutnya sangat penting. Seperti melakukan riset sesuai dengan kebutuhan yang ada, memanfaatkan kecerdasan buatan yang terintegrasi menuju hilirisasi industri perikanan. Dan alumni FIKP dapat mengaplikasikan ilmunya yang diperoleh selama pendidikan.
Ia juga menanggapi terkait beberapa komentar nelayan dari kegiatan ini, dimana membutuhkan alat tangkap dan kapal penangkap ikan yang lebih modern. Nurdin menyampaikan, Pemprov Sulsel berkolaborasi dengan PT. Industri Kapal Indonesia (IKI) membuat kapal nelayan. Kapal ini lebih canggih dengan cost (biaya) lebih rendah, dengan kecepatan lebih tinggi serta dilengkapi storage (penyimpanan hasil tangkap) yang lebih bagus.
“Kita juga harus pastikan para nelayan harus melek teknologi. Agar hasil tangkap lebih optimal. Nelayan ini terus kita bina sembari meregenerasi kapal-kapal nelayan dan beberapa pelabuhan perikanan,” ujarnya.
Pelabuhan Perikanan Beba yang juga telah diserahkan kepada Pemprov Sulsel juga telah dilakukan pemetaan untuk penyediaan fasilitas pendukung bagi nelayan.
Sedangkan untuk mengupayakan pembangunan yang merata bagi meraka yang bermukim di pulau, Pemprov telah memberikan sentuhan pembangunan penyediaan saran dan infrastruktur pendidikan, transportasi, penyediaan sarana air bersih dan penyediaan jariangan listrik.
“Untuk itu, saya berharap FIKP Unhas dapat memberikan kontribusi dalam hal pendidikan dan sumbangan pemikiran terhadapa sektor kelautan dan perikanan,” harapnya.
Ia menilai, potensi kelautan yang besar belum memberikan manfaat kepada masyarakat yang bermukim di pesisir dan pulau-pulau.
Dalam kesempatan tersebut, Ia juga mengajak sumber daya manusia di FIKP Unhas untuk ikut dalam seleksi pimpinan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel.
“Mudah-mudahan ada salah satu tim kita di Unhas yang berminat, yang tentu ini adalah sebuah peluang untuk membangkitkan kejayaan kita di Sulsel sesuai dengan apa yang menjadi harapan Ibu Dekan dan Ibu Rektor,” terangnya.
Sementara, dalam sambutan virtualnya, Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, mengatakan, alumni dan FIKP dapat berperan lebih strategis dalam pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan.
“FIKP harus menjadi yang terdepan dalam mencapai visi-misi Unhas,” sebut Dwia.
Menurutnya, problematik masyarakat pesisir menjadi tugas yang harus di selesaikan, terutama mengentaskan kemiskinan. FIKP Unhas juga mendorong pertumbuhan di sektor kelautan dan perikanan. Potensi kelautan dan perikanan di Sulsel akan digarap berdasarkan ilmu pengetahuan. Selain bermitra dengan pemerintah daerah juga membuka kelas vokasi, seperti wisata bahari di Kabupaten Barru, dan dalam waktu dekat juga Kabupaten Selayar akan membuka kelas vokasi terkait.
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, menyampaikan, civitas akademika telah menunjukan peran dan baktinya di masyarakat. Peningkatan kualitas terus diupayakan, baik itu dari sistem dan kurikulum pembelajaran.
Adapun orasi ilmiah dibawakan oleh Sakti Wahyu Trenggono selaku Menteri Kelautan dan Perikanan.(*)