Tradisi Assuro Maca bagi masyarakat suku Bugis-Makassar merupakan tradisi turun temurun untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Dengan kata lain Assuro Maca merupakan ungkapan syukur warga karena masih dipertemukan dengan bulan suci Ramadan. Bentuk rasa syukur tersebut bermakna luapan rasa terima kasih kepada pencipta atas umur panjang untuk kembali dipertemukan dengan bulan ramadan.
Kegiatan Assuro Maca, warga akan dipimpin oleh seorang Guru yang dituakan di kampung mereka untuk berdoa dan berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Warga yang melaksakanak kegiatan ini biasanya akan menyajikan Unti Tekne atau pisang raja dan dupa bakar serta sejumlah makanan untuk dimakan bersama-sama setelah doa selesai dibaca oleh Guru tersebut.
Biasanya akan disajikan Unti Tekne atau buah pisang manis yang dipercaya sebagai simbol manis agar semanis menjalankan kehidupan bertetangga. Selain itu, terdapat dupa bakar itu disimbolkan sebagai pengharum agar nama kita selalu harum di masyarakat.
Keluarga yang melaksanakan Assuro Maca akan mengundang tetangga, mereka semua duduk bersila di depan makanan yang disajikan sambil menunggu Guru selesai membacakan doa. Doa yang dibaca adalah doa-doa islam untuk mendoakan orang yang melaksakan Assuro Maca beserta seluruh keluarganya.
Setelah Guru baca doa, barulah kemudian menyantap makanan yang telah disediakan oleh tuan rumah secara bersama-sama. Ritual ini merupakan ritual adat, prosesi dalam Assuro Maca masih banyak dijumpai saat menjelang bulan ramadan atau kegiatan kegiatan lainnya seperti, adat perkawinan dan kegiatan syukuran lainnya.