OPINI – Lanskap politik Indonesia terus mengalami dinamika yang menarik, terutama dengan munculnya partai-partai baru yang berupaya menawarkan alternatif terhadap partai-partai lama.
Salah satu yang kini mulai diperbincangkan adalah Partai Amanat Demokrasi Indonesia (PADI). Kehadiran PADI menjadi bagian dari proses demokratisasi yang terus berkembang, di mana masyarakat semakin haus akan pembaruan politik yang berorientasi pada moralitas, transparansi, dan kesejahteraan rakyat.
Kelahiran PADI dan Semangat Pembaruan
Partai Amanat Demokrasi Indonesia lahir di tengah kejenuhan publik terhadap praktik politik transaksional dan oligarkis. PADI mencoba menghadirkan model politik yang lebih bersih, partisipatif, dan berbasis nilai amanah—sebuah prinsip yang mencerminkan tanggung jawab moral dan etika dalam mengemban kekuasaan.
Nama Amanat Demokrasi mengandung filosofi bahwa demokrasi bukan sekadar prosedur elektoral, tetapi juga amanah yang harus dijaga untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. Visi ini, jika diwujudkan dengan konsistensi, dapat menjadi daya tarik bagi generasi muda dan kelompok masyarakat yang selama ini apatis terhadap politik.
Prospek di Tingkat Politik Lokal
Tantangan utama partai baru seperti PADI terletak pada politik lokal. Di banyak daerah, politik masih didominasi oleh jaringan kekuasaan lama yang kuat secara ekonomi dan sosial. Namun, justru di ruang inilah peluang PADI terbuka.
Partai baru dapat menjadi wadah bagi tokoh-tokoh lokal yang kredibel, aktivis masyarakat, serta kalangan profesional yang ingin berpolitik tanpa harus tunduk pada kepentingan elite lama.
Dengan strategi yang tepat—misalnya memperkuat basis sosial di tingkat desa dan kecamatan, serta mengusung figur yang memiliki rekam jejak pelayanan publik—PADI bisa membangun politik akar rumput yang berkelanjutan.
Selain itu, isu-isu lokal seperti ketimpangan pembangunan, pengangguran, dan korupsi daerah dapat dijadikan pintu masuk untuk membangun relevansi politik PADI di mata masyarakat.
Strategi dan Tantangan
Untuk bertahan dan berkembang, PADI harus memiliki strategi yang realistis dan progresif. Beberapa langkah penting antara lain:
1. Konsolidasi internal yang solid agar tidak terjebak dalam konflik kepentingan internal yang sering menghancurkan partai baru.
2. Rekrutmen kader berbasis meritokrasi, bukan patronase.
3. Digitalisasi politik, yakni menggunakan media sosial dan platform digital untuk membangun komunikasi langsung dengan konstituen muda.
4. Gerakan politik pelayanan, di mana partai hadir bukan hanya menjelang pemilu, tetapi juga dalam kegiatan sosial, pendidikan politik, dan pemberdayaan masyarakat.
Tantangan eksternal datang dari dominasi partai besar yang sudah mengakar di daerah. Namun, sejarah menunjukkan bahwa partai baru bisa tumbuh signifikan bila mampu membaca keresahan rakyat dan mengartikulasikan aspirasi mereka secara konkret.
Partai Amanat Demokrasi Indonesia (PADI) adalah simbol dari semangat baru politik yang berusaha keluar dari bayang-bayang pragmatisme lama. Masa depan politik lokal akan ditentukan oleh sejauh mana partai seperti PADI mampu mengorganisasi kekuatan rakyat, menjaga integritas, dan menawarkan solusi nyata atas persoalan publik.
Jika PADI mampu menjadikan amanat sebagai dasar gerak politiknya—bukan sekadar jargon—maka bukan tidak mungkin partai ini menjadi warna baru yang menyehatkan demokrasi lokal dan nasional Indonesia.
Penulis
Baharuddin Hafid
Dosen Tetap Universitas Megarezky Makassar





