F8 sebagai Event Ikonik Kota Makassar, Bukti Nyata Danny Pomanto yang “Ngangenin”

OPINI – Makassar International Eight Festival & Forum (F8) kembali digelar pada 2025 dengan tema Funtastic Eight.

Event Multinasional yang masuk dalam Top 10 Kharisma Event Nusantara Kementerian Pariwisata RI tersebut akan berlangsung pada 24-28 September 2025 mendatang, di area parkir Trans Studio Mall (TSM) Makassar.

Konsep yang digagas oleh eks Wali Kota Makassar dua periode ini, Ramdhan Pomanto atau yang akrab disapa Danny Pomanto ini mampu menyatukan delapan elemen utama, yaitu Fashion, Food & Fruit, Flora & Fauna, Fine Art, Folk, Fusion Music, Film, dan Fiction Writer.

Kegiatan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga platform untuk menampilkan kreativitas dan potensi lokal.

F8 dalam Perspektif Teori Habitus Pierre Bourdieu tentang Habitus adalah sistem disposisi (kecenderungan, pola pikir, dan cara bertindak) yang terbentuk dari pengalaman sosial dan lingkungan tempat seseorang berada.

Habitus memengaruhi bagaimana kita memandang dunia, membuat keputusan sebagai sebuah tindakan dan berinteraksi.

Dalam konteks F8, kita bisa melihatnya sebagai sebuah arena (lapangan atau medan) di mana berbagai agen (seniman, musisi, pedagang, pengunjung, dan pemerintah) berinteraksi. Arena ini memiliki aturannya sendiri (baik formal maupun tidak formal), dan para agen membawa habitus mereka masing-masing.

Habitus Pemuda Makassar F8 menjadi ruang bagi anak muda Makassar untuk mengekspresikan potensi mereka yang dinamis, kreatif, dan modern. Melalui fashion, musik, dan seni, mereka mengaktualisasikan identitas diri secara kolektif.

Habitus Pemerintah dan Swasta, yakni Pergeseran pengelolaan F8 ke pihak swasta pada tahun 2025. Jika sebelumnya dominan habitus pemerintah (birokrasi, regulasi), kini habitus swasta (efisiensi, profesionalisme, keuntungan) akan lebih berperan. Ini bisa memunculkan arena yang lebih kompetitif dan inovatif.

F8 sebagai Arena Ekspresi dan Inovasi.
F8 berfungsi sebagai arena di mana berbagai bentuk modal (ekonomi, sosial, budaya) dipertukarkan. Seniman mempertaruhkan modal budaya mereka (keterampilan, karya seni), pedagang mempertaruhkan modal ekonomi (barang dagangan), dan pengunjung mempertukarkan modal sosial (jaringan, interaksi).

Selain itu, F8 memungkinkan semua modal ini dikonversikan dan diperkuat.
Gagasan Danny Pomanto mengusung inovasi, “Kita harus terus bergerak, bertumbuh secara produktif,” sangat relevan dengan semangat F8.

Acara ini bukan sekadar festival, melainkan katalisator bagi pertumbuhan ekonomi dan budaya. F8 menciptakan ekosistem di mana kreativitas bisa berbuah, dan semangat wirausaha bisa berkembang.

Transformasi F8 yang dikelola swasta dapat menjadi novelty atau kebaruan yang mempercepat proses ini, mendorong kemandirian dan profesionalisme yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, F8 adalah manifestasi nyata dari visi untuk menjadikan Makassar sebagai kota yang kreatif, inovatif, dan berbudaya.

F8 juga menunjukkan bagaimana sebuah acara dapat menjadi lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga menjadi instrumen perubahan sosial dan ekonomi yang signifikan.

Penulis
Dr Ibnu Hajar Yusuf.M.I.Kom
Akademisi UIN Alauddin Makassar.