PMII : Dari Gerakan Menuju Peradaban

Ahmad Hilaluddin : Ketua Komisariat UIN Alauddin Makassar Cabang Kota Makassar

OPINI – PMII, atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, berdiri pada 17 April 1960 di Surabaya. Ia lahir dari semangat mahasiswa Islam, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama, yang merasa perlu menghadirkan wadah perjuangan yang lebih luas, tidak hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk bangsa dan negara.

Bayangkan kondisi Indonesia saat itu. Negeri ini baru merdeka, tapi rakyat masih banyak yang miskin, pendidikan belum merata, dan cita-cita kemerdekaan masih jauh dari kenyataan. Para mahasiswa tidak ingin hanya jadi penonton sejarah. Mereka memilih untuk bergerak. Mereka sadar, mahasiswa bukan sekadar menimba ilmu di kampus, tetapi juga agen perubahan yang harus hadir di tengah rakyat. Dari kegelisahan itulah PMII lahir.

Sejak awal berdirinya, PMII menegaskan diri sebagai organisasi mahasiswa yang berpijak pada Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan berkomitmen menjaga Pancasila serta NKRI. PMII hadir bukan hanya untuk berdiskusi di ruang kelas, tapi juga untuk turun ke jalan, menyuarakan keadilan, serta memperjuangkan nasib rakyat kecil.

Sejarah mencatat, PMII selalu terlibat dalam dinamika bangsa. Saat Indonesia menghadapi ancaman ideologi yang ingin meruntuhkan dasar negara, kader-kader PMII berada di garis depan. Ketika rakyat menuntut reformasi, mahasiswa PMII ikut turun tangan. Dan hingga hari ini, PMII terus melahirkan generasi yang berjuang di berbagai bidang—ada yang jadi pemimpin masyarakat, pendidik, pengusaha, aktivis, hingga pejabat negara.

Namun, PMII bukan hanya tentang sejarah. PMII adalah ruang pembelajaran. Di sini, mahasiswa ditempa untuk berpikir kritis, berorganisasi dengan matang, berani bersuara, serta mengabdi dengan ikhlas. PMII mengajarkan bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya soal mengejar gelar sarjana, tetapi juga soal memikul tanggung jawab moral bagi bangsa dan umat.

Teringat pesan Gusdur salah satu Tokoh PMII

“Kita boleh berbeda dalam warna bendera, tapi jangan pernah berbeda dalam memperjuangkan kemanusiaan.”

Pesan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan PMII bukan hanya untuk kepentingan internal, tetapi untuk seluruh umat manusia.

Sahabat sahabat sekalian bergabung dengan PMII berarti siap untuk ditempa. Siap belajar menjadi pribadi yang religius, cerdas, dan berani membela kebenaran. Sejarah PMII belum selesai ditulis. Setiap generasi punya babnya sendiri, dan kini giliran kalianlah yang akan menorehkan kisah baru.

Karena PMII bukan sekadar organisasi. Ia adalah jalan pengabdian, jalan perjuangan, dan jalan peradaban.

Penulis : Ahmad Hilaluddin.