BERANDANEWS – Makassar, Memasuki tahapan kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada), masyarakat sering kali disuguhi berbagai aksi yang tidak jarang merusak esensi demokrasi itu sendiri. Di sinilah muncul urgensi untuk menjaga integritas, menjaga kebenaran, dan memastikan bahwa semua proses berjalan dengan bersih dan tertib.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Pusat Kajian Nusantara (PKN), Gusti Zainal, Sabtu (2/11).
Adapun konsep “kandatto” menurut Gusti, memberikan peringatan dan teguran kepada para pendukungnya agar tidak melakukan tindakan yang dapat mencemari kampanye.
“Kandatto di sini bermakna lebih dalam, sebuah panggilan tradisi untuk bertanggung jawab, bersikap jujur, dan menghargai setiap orang dalam proses politik ini”, terangnya.
Apalagi kandatto atau pakandatto ini merupakan salah satu program yang diinisiasi Danny Pomanto, Pakandatto sendiri singkatan dari “Pasukan Penindakan Anti Kotor” yang bertujuan menjawab kebutuhan kebersihan kota Makassar untuk melakukan penerbitan permasalahan persampahan.
“Menurut saya, Pakandatto bukan hanya dimaksudkan bagi tim petugas yang menegakkan hukum perda sampah, tapi juga sangat baik digunakan untuk menjaga esensi demokrasi”, jelas Gusti.
Pakandatto bukan hanya sekadar nama, tetapi sebuah konsep yang mewujudkan komitmen untuk menciptakan suasana politik yang bersih. Diinisiasi dalam konteks visi Danny Pomanto, Calon Gubernur Sulawesi Selatan Nomor Urut 1, istilah Pakandatto menjadi viral karena dimaknai lain oleh tim viralnya.
“Salah seorang yang mengaku aktivis 98 merasa tersinggung dengan istilah itu namun dalam waktu yang bersamaan juga mengajak dengan seruan Anti Sara. Sungguh ironis Aktivitis itu, ngakunya, mengecam pernyataan Danny Pomanto yang mengancam, namun sekaligus juga mengancam untuk memulangkan ke tanah leluhurnya” tegasnya.
Gusti menilai Pakandatto dari perspektif komunikasi politik yang beretika, merupakan upaya yang harus dijalankan dengan integritas dan penghormatan pada lawan serta pendukung.
“Kita melihat betapa pentingnya pendekatan yang humanis dan berbasis prinsip. Dalam karya-karyanya, Thomas P. Pureklolon menyoroti bahwa komunikasi politik bukan sekadar sarana untuk memenangkan hati rakyat, tetapi merupakan upaya yang harus dijalankan dengan integritas dan penghormatan pada lawan serta pendukung.
Dalam konteks Pakandatto, prinsip ini diterjemahkan ke dalam aksi nyata, yaitu menolak segala bentuk kampanye hitam, menyampaikan pesan politik tanpa hoaks, dan fokus pada program nyata yang ditawarkan kepada masyarakat” ujar Gusti.
Disisi lain, Danny Pomanto jauh sebelum pendaftaran pasangan calon di KPU, sudah menyelesaikan visi-misi dan program kerja yang dicetak dalam bulletin 16 halaman, sementara bakal calon lain masih sibuk merebut partai untuk menjegal lawan-lawanya. Danny Pomanto lebih sibuk menawarkan program kerjanya ketimbang mengurusi pihak lain.
Pakandatto bukan sekadar pasukan yang bertugas untuk menjaga kebersihan fisik, tetapi juga “kebersihan” moral dalam setiap tindakan politik yang diambil. Pasukan ini bekerja secara optimal untuk memastikan bahwa kampanye Danny Pomanto mencerminkan kepedulian terhadap tatanan yang tertib dan teratur.
Di tengah arus politik yang sering kali berisik oleh sensasi dan kontroversi, Pakandatto hadir sebagai simbol perlawanan terhadap segala bentuk tindakan negatif yang dapat merusak iklim politik.
“Kalaupun itu diucapkan dalam salah satu pertemuan pendukung, itu adalah bentuk perlawanan terhadap tindakan negatif yang merusak ikliim politik. Semua orang tau bahwa yang cenderung merusak iklim politik adalah, salah satunya, lingkaran oligarki. Sehingga tidak heran jika banyak yang bermunculan para kelompok oportunis dalam lingkaran itu” ujarnya.
Dengan Pakandatto, Danny Pomanto memberikan sebuah visi yang memuat harapan akan adanya perubahan pola pikir dan perilaku dalam berpolitik.
“Danny Pomanto memberikan sebuah visi yang diharapkan adanya perubahan pola pikir dan perilaku dalam berpolitik, menjaga ketertiban, baik di ruang publik maupun dalam ruang politik, adalah tugas bersama. “Anti Kotor” di sini bukan hanya soal fisik, tetapi juga mencakup sikap yang mengedepankan prinsip kejujuran dan amanah”, terang Pimpinan Daerah Partai Kebangkitan Nusantara Sulawesi Selatan (Pimda PKN Sulsel) ini.
Kemudian dalam pandangan Pureklolon, etika dalam komunikasi politik harus tetap menjadi pijakan utama dalam setiap langkah politik. Pakandatto adalah bentuk nyata dari etika itu. Sebuah konsep yang tidak hanya mendorong untuk menjaga kebersihan ruang publik, tetapi juga “ruang demokrasi” yang bebas dari kampanye negatif.
“Ini bukan hanya soal kemenangan politik, tetapi tentang memberikan teladan bagi masyarakat agar percaya bahwa politik bisa dijalankan dengan penuh etika dan kehormatan. Dengan demikian, Pakandatto adalah lebih dari sekadar pasukan. Ia adalah gerakan moral, sebuah panggilan untuk menempatkan amanah di atas segalanya. Ini adalah komitmen untuk menjalankan politik yang tidak hanya bersih, tetapi juga memberi inspirasi kepada generasi mendatang bahwa integritas tetap bisa dijunjung tinggi”, tambahnya.(*)