Partai Buruh Sajikan Realita Kehidupan Kelas Pekerja Dalam Film “Suara yang Dibuang”

Partai Buruh Sajikan Realita Kehidupan Kelas Pekerja Dalam Film "Suara yang Dibuang"

BERANDANEWS – Makassar, Partai Buruh akan menggelar pemutaran film berjudul “Suara yang Dibuang” serentak di lima kota yakni di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Adapun pemutaran film akan digelar malam ini, Selasa (05/09) di Jl. Andi Tonro Lr. 4B samping kampus YPUP pukul 19:00 WITA.

Partai Buruh Sajikan Realita Kehidupan Kelas Pekerja Dalam Film “Suara yang Dibuang”

Pemutaran film dikoordinatori oleh Perhimpunan Jurnalis Rakyat (PIJAR) yang merupakan sayap organisasi Partai Buruh.

Kepada media, Ketua Pijar Partai Buruh Exco Makassar, Irwan yang akrab disapa Iwan Mapparenta, mengatakan film dokumenter “Suara yang Dilupakan” merupakan penggambaran kreatif tentang kenyataan masyarakat saat ini khususnya kawan-kawan pekerja.

Dia juga mengatakan, film dokumenter ini bukan sekadar merekam fakta, tetapi juga memadukan elemen seni dengan tujuan mendokumentasikan aspek-aspek kehidupan manusia secara obyektif.

Dalam kaitan dengan itu, film ini merekam ikhtiar dari kelas pekerja yang selama ini suaranya diabaikan dan bahkan dibuang di keranjang sampah dalam membangun alat politiknya sendiri.

“Yang menariknya keseluruhan proses pembuatan film ini dikerjakan sendiri oleh para buruh yang sebagian merupakan pekerja muda atau millenial,” jelas kata iwan.

Mengutip pernyataan Ketua Bidang Infokom dan Propaganda Partai Buruh yang juga sutradara film Kahar S. Cahyono. Irwan menjelaskan, Latar belakang pembuatan film ini didasarkan pada kenyataan, bahwa di Indonesia, demokrasi elektoral selama ini jauh dari rakyat kecil.

Tak jarang rakyat kecil, termasuk kelas pekerja hanya dijadikan komoditas politik oleh elite politik dan kaum oligarki.

“Atas dasar itu, kami menilai kebijakan politik yang diambil lebih banyak merugikan kelas pekerja dan jauh dari suara rakyat,” ucap iwan.

Hingga akhirnya, kaum buruh, petani, nelayan, miskin kota, pekerja rumah tangga, pemuda, hingga penyandang disabilitas, menyadari pentingnya kelas pekerja untuk ikut ambil bagian dalam membangun alat politiknya sendiri.

Adapun Kahar menambahkan, “Kiprah rakyat kecil ini bangkit merebut ruang politiknya dengan membangun partainya sendiri inilah yang dipotret dalam film ini.”

Sementara itu, Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengapresiasi pembuatan film oleh kalangan buruh. Menurutnya, film ini bisa menginspirasi generasi milenial agar memahami realitas sosial yang terjadi. (*)